Belajardi waktu kecil bagai mengukir di atas batu/ Belajar sesudah dewasa laksana mengukir di atas air. "Orang tua itu ngurusnya susah. Mereka itu sesnsitif. Saya di sini belajar sabar," katanya. Ia harus sabar dengan sifat orang tua yang pelupa. Jika hari ini bisa, besoknya akan lupa lagi. Kemudian mengulang lagi, besoknya lupa lagi.
Selamat pagi para sahabat steemians….! Di postingan ini saya kembali mencoba mengingatkan puas generasi muda tentang sebuah pepatah peribahasa ayah bunda dulu. “belajar di waktu mungil misal memahat di atas batu, belajar di periode tua misal mengukir di atas air” Baik kita coba kupas pribahasa tersebut. “belajar di periode boncel bagaikan mengukir di atas bencana” Maksudnya adalah momen kita membiasakan maupun memaksudkan mantra dari mungil, maka guna-guna itu akan tersolder permanen kerumahtanggaan kepala kita, karena pikiran anak kecil itu masih tahir, belum terlalu banyak barang bawaan fikiran atau beban semangat. “belajar di waktu segara bagai mengukir di atas air” Maksudnya yaitu ketika kita berlatih waktu sudah besar atau dewasa, perhatian kita akan sulit sekali memahami hobatan pengetahuan, karena pikiran bani adam dewasa sudah lalu berlebih banyak beban fikiran alias pikulan kehidupan. Setiap mencoba mengingat pelajaran maka akan mudah juga untuk lupa. Good morning friends steemians ….! In this post I tried again reminiscent of the young generation about a saying Proverbs of the elderly first. ***”learning in small time is like carving in stone, studying at the old time like carved above the water” *** Well we try to peel the proverb. ***”learning in small time is like carving in stone” ***. the meaning is when we learn or study of small, then the science that will be etched permanently in our heads, because the mind of the little boy is still clean, not too much of a burden on the mind or the burden of life. ***”learning in the big time like carved above the water” *** The meaning is when we study the time is large or mature, our mind will be hard pressed to digest the science, because the mind adults getting too much of the burden of the mind or the burden of life. Each tried to remember the lessons it will be easy also to oblivion. Sekian postingan ini kiranya berguna bagi banyak basyar. So this post may be useful for many people. FOLLOW & RESTEEM ME jerii Source jerii/belajar-diwaktu-kecil-bagai-mengukir-di-atas-batu-bilingual-6cd6eef8ac672
58 belajar di waktu kecil bagaikan mengukir tato luna maya (inget terus) 59. hilang luna tumbuh cut tari . 60. buah jatuh tak jauh dari dadanya . 99. hidup itu bagaikan video ariel dan luna, kadang diatas kadang di bawah . 100. Sudah jatuh, tertimpa tangga, digigit anjing, ditambrak mobil, dihajar massa disangka maling Mampus deh
Peran orangtua sangat penting sekali dalam menentukan pendidikan seorang anak terutama dalam pembentukan karakter seorang anak. Karena anak merupakan amanah dan titipan dari Sang Pencipta. Mengingat pentingnya karakter dalam membangun sumber daya manusia yang kuat, maka perlunya pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa pembentukan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Maka dari itu terdapat dua nilai utama yang menjadi pilar pendidik dalam membangun karakter kuat untuk anak didiknya yaitu amanah dan keteladanan. Tanamkan Aqidah Salah satu peran penting orangtua pada era modern ini adalah pemenuhan pendidikan karakter berbasis fitrah bagi anak. Pemenuhan pendidikan berlandaskan fitrah seorang manusia merupakan hal terpenting, sebab ia adalah pola penanaman aqidah paling penting bagi anak. Sebagaimana hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ “Tiada seorangpun yang dilahirkan kecuali dilahirkan pada fithrah Islamnya. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.” Muttafaqun alaihi Hadits ini menunjukkan bahwa orang tua sangat menentukan shalih atau tidaknya seorang anak. Sebab pada asalnya setiap anak berada pada fitrah Islam dan imannya; sampai kemudian datanglah pengaruh-pengaruh luar, termasuk benar atau tidaknya orang tua mengelola dan mendidik mereka. Dalam kitab Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyah 13 11 disebuntukan, “Seorang Ayah dan Ibu serta seorang wali dari anak hendaknya sudah mengajarkan sejak dini hal-hal yang diperlukan anak ketika ia baligh nanti. Hendaklah anak sudah diajarkan akidah yang benar mengenai keimanan kepada Allah, malaikat, Al Qur’an, Rasul dan hari akhir. Begitu juga hendaknya anak diajarkan ibadah yang benar. Anak semestinya diarahkan untuk mengerti shalat, puasa, thoharoh bersuci dan semacamnya.” Fitrah Tauhid ketika Lahir Allah Subhaanahu wata’ala menjelaskan bahwasanya Dia telah mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari tulang rusuk mereka seraya mereka bersaksi atas jiwa mereka bahwasanya Allah adalah Rabb dan Pemilik mereka, dan bahwasanya tiada tuhan yang berhak disembah selain-Nya, karena Allah telah menciptakan mereka berdasarkan fitrah tersebut. Allah Ta’ala berfirman, فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ۝ “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” Ar-Rum 3030. Para ulama dalam hal ini bersepakat bahwa yang dimaksud dengan fitrah dalam ayat ini adalah Islam. Para orangtua yang semoga dimuliakan Allah, Anda adalah para pendidik anak-anak anda. Diantara cara mendidik anak adalah anda bisa membekali diri dengan ajaran agama atau parenting modern selama tidak bertentangan dengan syariat. Anda dapat mempelajari kemudian membimbing anak-anak dengan cara yang sesuai. Banyak sekali metode pendidikan untuk anak yang sedang berkembang di era sekarang diantaranya adalah model karakter berbasis fitrah, berbasis masyarakat, home schooling Qur’an, parenting modern, dan sebagainya. Hendaknya sebelum orang tua mendidik anak-anaknya kiranya penting untuk memahami tiga hal Materi yang akan disampaikan adalah materi yang telah dikuasai orang tua. Telah mereka pelajari dan pahami sebelumnya. Pertimbangkan kesesuaian isi materi dengan beberapa hal usia anak, daya-tangkap anak, dan kondisi anak pada saat itu meliputi senang, sedih, marah, atau lelah. Ini sangat penting. Pilihlah metode yang sesuai untuk anak untuk menyampaikan ilmu tersebut. Terkadang satu metode boleh digunakan secara umum contoh mengajarkan adab melalui sirah nabawiyah, menempel huruf Hijaiyah pada dinding. Terkadang pula sebuah metode tepat untuk anak-anak secara umum namun tidak untuk anak tertentu contoh penggunaan flashcard untuk pengenalan huruf Hijaiyah. Mulailah dengan Bertanya Mendidik keimanan anak bisa kita lakukan dengan pemahaman ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat syar’iyah. Ayat-ayat kauniyah sangatlah banyak dan mudah kita beri pemahaman kepada anak. Dan pendidikan yang penting adalah saat anak di rumah dan menjadikan rumah sebagai madrasah belajar pertama seorang anak lewat kedua ortunya. Ada langit dan bumi; bulan dan matahari; daratan dan lautan; musim panas dan hujan; ada tumbuhan dan hewan. Semua merupakan ciptaan Allah ﷻ. Kita berikan pemahaman kepada anak kita dengan bertanya. Siapa yang menciptakan alam semesta ini anakku? Siapa yang meninggikan langit? Siapa yang menjadikan bumi terhampar seperti ini? Siapa yang menumbuhkan tanaman? Siapa yang menciptakan beragam jenis makhluk? Siapa yang mengatur sekarang musim panas dan esok hari musim hujan? Siapa yang menghidupkan hewan di laut dan di darat? Siapa yang menciptakan ada hewan yang terbang dan ada yang berjalan di bumi? Siapa yang menciptakan bunga dengan berbagai warna? Siapa yang menurunkan hujan? Orang tua memberi pertanyaan dengan siapa yang menurunkan hujan dari langit? Apa dampaknya bagi bumi yang terkena hujan? Apabila melihat matahari, kita bertanya, siapa yang mencipta matahari? Kemudian kita jawab, Allah lah yang menjadikan semua itu untuk kebaikan semua makhluk. Ilmu sebelum Amal, Tauhid sebelum Ibadah, dan Usaha Perlu Doa Ingat pula sebelum mengajarkan ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang amalan, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mempersiapkan para sahabatnya dengan untuk mempelajari tauhid, karena ini adalah perkara yang sangat penting. Mengajarkan kalimat laa ilaha illallah pertama kali pada anak. Di antara pendidikan yang sangat beliau berikan porsi perhatian besar juga adalah tentang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Mendahulukan kecintaan pada keduanya melebihi siapapun juga. Berserah diri pada ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Karena hal ini sangatlah penting. Tentunya setiap orang menginginkan anak-anaknya menjadi dambaan bagi kedua ortunya, menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah. Namun kita sebagai manusia selain perlu berusaha namun juga perlu diiringi dengan mendoakan anak-anak kita. Sebab sebaik-baik usaha yang telah dilakukan adalah diiringi dengan doa’a. Karena hati manusia ini berada di antara dua jari Allah ﷻ. Dan hidayah adalah keutamaan darinya. Tentu, selain doa juga harus ditempuh usaha. Dan inilah yang dilakukan oleh para nabi dan orang-orang shalih. Sebagaimana Nabi Ibrahim alaihissalam, ia berdoa dan berusaha dalam mendidik anak. رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” Ibrahim 14 40. Marilah kita semua berusaha untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak kita sebelum ajal menjemput. Dan satu kata bahwa “menanamkan ilmu di masa kecil bagaikan mengukir diatas batu” maka sudah tentu membutuhkan banyak kesabaran dalam mendidik anak. Allahua’lam bish showab. Ditulis Oleh Ustadz Saryanto Abu Ruwaifi’ Kontributor Alumni STAI Ali Bin Abi Thalib Surabaya, Mahasiswa Pascasarjana Prodi Magister Hukum Islam Kelas Internasional Universitas Muhammadiyah Surakarta. Beliau adalah Alumni STAI Ali Bin Abi Thalib Surabaya, Mahasiswa S2 Magister Hukum Islam – Kelas Internasional Universitas Muhammadiyah Surakarta, Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial di Yayasan Tebar Da’i Mukim di Bandungan, Kab. Semarang, Jawa Tengah Read Next November 18, 2022 Ketika “Pintamu” Tak Kunjung Dikabulkan November 16, 2022 Wanita Ketika Islam Datang November 11, 2022 Inilah Hukum Menghina Allah, Al-Qur’an Dan Rasul-Nya November 11, 2022 Ketika “Pintamu” Tak Kunjung Dikabulkan 2 November 9, 2022 Memilih Guru Yang Shalih Untuk Si Buah Hati December 17, 2021 Karena Islam Melarangku Ikut Merayakan Hari Natal! December 14, 2021 4 Hal Yang Menodai Dakwah October 26, 2021 Apa Alasan Rasulullah Puasa Senin Kamis? November 6, 2020 Tidak Ada Kata Terlambat Dalam Belajar November 3, 2020 Al Quran Bisa Menjadi Sebab Pahala atau Dosa, Kok Bisa?
belajardi waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu sedangkan belajar sesudah dewasa bagaikan mengukir diatas air. Pembentukan karakter di sini sangat ditekankan karena penanaman pribadi yang baik sejak dini akan memberikan dampak pada masa-masa selanjutnya. agar peserta didik terbiasa bersikap sopan
Oleh KH Ahmad Ishomuddin Ada peribahasa Indonesia yang populer dan sering kita dengar "Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa bagai melukis di atas air." Sepenggal kalimat pertama dari peribahasa ini punya makna yang memotivasi orang tua agar mendidik anak sejak usia dini karena pengaruhnya akan terlihat jelas. Banyak di antara kita yang belum tahu bahwa penggalan kalimat pertama dari peribahasa tersebut "Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu" sebenarnya berasal dari pepatah Arab, lebih tepatnya bersumber dari ucapan seorang ulama besar al-Hasan al-Basri, al-tabi'i al-jalil الحفظ - وفي رواية العلم - في الصغر كالنقش في الحجر رواه الخطيب البغدادي في الفقيه والمتفقه ٩١/٢ "Hapalan-dalam satu riwayat ilmu-[yang diajarkan] saat usia dini itu bagaikan mengukir di atas batu." Ucapan tersebut diriwayatkan oleh al-Khathib al-Baghdadi dalam kitab al-Faqih wa al-Mutafaqqih, jilid 2 halaman 91. Adapun penggalan berikutnya "belajar sesudah dewasa bagai melukis di atas air" sepertinya asli berasal dari pribahasa Indonesia. Namun saya tidak pernah tahu siapa yang mula-mula mengatakannya. Penulis merupakan Rais Syuriyah PBNU masa khidmah 2010-2015 dan 2015-2021. DalamIslam Sangat Dianjurkan Untuk Belajar Mulai Saat Dalam Ayunan (kecil) Bahkan Sampai Ke Liang Lahad (dewasa) . Ini Menunjukkan Bahwa Daya Fikir Manusia

BAGAIKAN mengukir di atas batu, orang-orang yang mendapatkan ilmu dari waktu kecil. Assyaikh Al-Allamah Muhammad Ibnu Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa belajar pada masa muda jauh lebih baik daripada belajar di usia senja. Baca Juga Kisah Pedagang Batu Mulia dan Kejujuran Orang Miskin Masing-masing dari yang belajar di masa muda dan dimasa tua terdapat kebaikan. Namun, belajar di masa muda terdapat padanya dua faedah bahkan lebih 1. Bahwa seorang pemuda secara umum lebih cepat hafalannya dibanding seorang yang sudah tua, dikarenakan anak muda pikirannya masih kosong, tidak ada padanya problem yang menuntut dia untuk tersibukkan dengannya. 2. Bahwa setiap yang dihafal oleh anak muda akan tetap menancap, dan setiap yang dihafal oleh seorang yang sudah tua akan terlupakan dengan cepat, oleh karena ini termasuk dari ucapan bijak yang tersebar dikalangan manusia إِنَّ الْعِلْمَ فِي الْصِّغَرِ كَالنَّقْشِ فِي الْحَجَرِ Artinya “Sesungguhnya ilmuyang didapatkan diwaktu kecil bagaikan mengukir diatas batu” Yakni tidak hilang. 3. Bahwa seorang pemuda apabila terdidik dengan ilmu dari awal urusannya, maka jadilah ilmu tersebut seperti tabiat dan karakter baginya. Seakan-akan sudah menjadi naluri yang dia tumbuh diatasnya, maka dia akan tumbuh diatas ilmu tersebut. [Cms] Dikutip dari Alih bahasa Abu Fudhail Abdurrahman Ibnu Umar غفرالرحمن له.

Belajardi waktu kecil bagai mengukir di atas batu, sedangkan belajar sesudah besar bagai melukis di atas air. Wednesday, 4 September 2019 13406 Pepatah itu seringkali kita dengar untuk menggambarkan bagaimana pelajaran yang diberikan pada anak usia dini akan melekat dalam benak mereka sampai usia dewasa.
Belajar diwaktu kecil itu gampang di inget, gabakalan lupa lupa ilang. coba deh kmu melukis d atas batu, kan gagampang ilang.., tapi kalo bljr d waktu besar tu susah, soalnya cpt lupa, gampang ilang. kaya kmu nglukis d ats air. cpt ilangkan, Pertanyaan baru di B. Indonesia pesan atau amanat yang terkandung dalam penggalan drama di atas adalah....A. sifat serakah dan suka berjudi membuat orang hancurB. nasib manusia diten … tukan oleh TuhanC. sifat buruk orang tua akan menurun pada anakD. manusia berusaha untuk sempurnaE. anak harus patuh pada orang tua​ gabunginlah kata-kata tersebut menjadi sebuah puisi​ Berikut yang tidak termasuk nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen adalah..A. budaya cara-cara menyusun bahan ceramah kecuali...A. mengenali konteks berarti mengenal peserta ceramah dan situasinyaB. menentukan isu ceramahC. menyusun ke … rangka ceramah yang memuat pokok-pokok materi yang akan diceramahkanD. menghafal bahan-bahan ceramahE. mengumpulkan dan memilih bahan​ karya ilmiah salah satu karya ilmiah bentuk populer adalah....A. 1,4, … 5B. 2,3,7C. 5,6,7D. 2,5,7E. 1,3,5​
Belajardi waktu kecil bagai mengukir di atas buku, Belajar sesudah dewasa laksana mengukir di atas air.*Pahala yang tidak terputus adalah shodaqoh jariyah*= JABAR EKSPRES- Dalam menuntut ilmu haruslah mendapatkan prioritas pada setiap pribadi diri sendiri, karena orang yang berilmu pasti tau jalan yang ingin ditempuhnya. Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, sedangkan belajar sebelum besar bagai melukis di atas udara. Pepatah itu sering kita dengar untuk menggambarkan bagaimana yang diberikan pada usia dini akan melekat dalam benak mereka sampai usia dewasa. Dikehidupan ini banyak jalan yang ditempuh dalam mencari ilmu. Ada yang mencari ilmu dengan mendengar cerama, ada yang mencari ilmu lewat membaca buku-buku, dan ada juga yang mencari ilmu lewat sekolah dll. Tetapi perlu di ingat dan diketahui, bahwasanya mencari ilmu yang paling dominan adalah mulai anak-anak masih usia sekolah. Karena dengan kesempatan yang bagus, maka anak-anak sesuai dini masih mempunyai daya tangkap yang kuat. Untuk itu belajar diwaktu kecil bagaikan mengukir diatas batu. Begitu sulitnya seseorang mengukir batu, tapi bila sudah nampak terukir, maka bertahun-tahun masih saja membekas dan tidak akan hilang. Demikian juga sang anak yang masih kecil, bila sudah masuk kedalam pikirannya ilmu itu, maka sulit untuk melupakan bahkan masih teringat sampai akhir hayatnya. Akan tetapi belajar diwaktu dewasa bagaikan mengukir diatas air. Kita tau bahwa mengukir diatas air begitu mudahnya akan tetapi tidak ada bekasnya. Begitu pula bila belajar diwaktu dewasa maka dia mudah untuk mengingat, menerima suatu ilmu, tetapi mudah pula untuk dilupakan. Kita harus merasa tergugah dalan hati kita masing-masing, sehingga belajar tidak merasa bosan dalam keadaan suasana bagaimanapun, baik mengenai waktu, ataupun tempatnya. Kita harus bersemangat dalam menuntut ilmu dengan sekuat kita, agar yang kita cita-citakan dapat tercapai sebagaimana yang kita harapkan. Tetapi apabila kita sudah mendapatkan ilmu dan sudah menguasainya, maka janganlah lupa untuk mengamalkannya. Orang yang berilmu berkewajiban untuk megamalkan jangan sampai ilmu yang dimilikinya kemudian disembunyikan, maka ancaman Allah yang akan diterimanya. Maka dari itu marilah kita semua belajar menuntut ilmu dari sejak kecil, dan mengamalkan ilmu yang kita dapat saaat kita sudah dewasa. Karena ilmu yang bermanfaat ituu ketika kitaa mendapatkan ilmu dan kuta dapat mengamalkan dan menyebarkannya, ilmu tanaoa amal bagaikan pohon tak berbuah sedangkan amal tanpa ilmu tida berguna dan menjadi sia-sia. Belajar di waktu kecil itu bagaikan mengukir di atas batu.)30\. "Laulal ilma lakaanannaasu kal bahaaim". (Kalaulah tidak karena ilmu, niscaya manusia itu seperti binatang.) Kata-kata Motivasi dari Orang Terkenal31\. "Kalau impianmu tak bisa membuatmu takut, mungkin karena impianmu tak cukup besar".(Muhammad Ali)32\. "Pendidikan adalah tiket ke Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, sedangkan belajar sesudah besar bagai melukis di atas air. Mungkin kita sering mendengar kata bijak tersebut saat masih duduk di bangku sekolah. Kata bijak tersebut memang sangat bermakna sekali yang menggambarkan arti belajar yang sangat di perlukan saat kita masih dini. Berbeda dengan kondisi kita saat ini, mungkin bagi kita yang sudah menikah, maka pastinya kita sudah terlalu sibuk untuk mencari uang untuk keluarga, yang sudah remaja maka mungkin sudah sibuk mencari pekerjaan serta masih banyak hal yang lainnya. Beda halnya jika kita masih kecil, maka tidak ada kesibukan yang begitu serius selain bermain dan bermain. Yah, tentu saja saat kita masih kecil, hal utama yang kita lakukan adalah bermain dengan teman sampai sore hari. Nah, kembali ke kata bijak belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, sudah saatnya kita melek pendidikan untuk anak - anak kita, mulai dari mendaftarkannya di PAUD, TK, SD, SMP, SMA serta pendidikan yang lainnya. Mendidik mereka sejak dini sama artinya kita mempersiapkan masa depan si kecil agar lebih siap dalam menghadapi dunia yang saat ini semakin berkembang. Namun kami sarankan untuk tidak meninggalkan ilmu agama tentunya kita yang beragama islam untuk belajar mengaji, belajar sholat dan ilmu agama islam lebih dalam lagi. Mengapa anak harus di bekali dengan ilmu agama ? Yah, karena anak perlu tahu siapa tuhannya, apa kewajibannya, jika ilmu agama tidak di pelajari, maka bukan hal yang tidak mungkin jika anak kita akan melawan terhadap kita. Banyak sekali langkah dan cara yang bisa kita tempuh untuk menjadikan anak anak - kita mau belajar sejak dini. Misalnya saja kita mendaftarkannya di PAUD, dengan alasan banyak teman bermain di sana. Atau alasan yang lainnya. Dengan begitu maka anak pastinya akan mau bersekolah. Perlu anda ketahui saat ini dunia pendidikan semakin tidak di minati oleh anak bangsa, bisa kita lihat banyak sekali anak yang putus sekolah, mulai dari alasan ekonomi, alasan malas belajar serta yang lainnya. Padahal kita tahu pendidikan sangat penting untuk sama depannya. Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas baru, kata bijak yang harus tetap kita jaga, harus kita kembangkan, harus kita pelihara, serta mari kita bersama - sama membangun bangsa Indonesia ini dengan semangat juang 45, agar pendidikan di bangsa kita semakin maju dan kita yang saat ini sudah memiliki keturunan, maka yuk kita bawa anak - anak kita ke ranah lingkungan agam yang kuat agar tidak terjerumus ke lingkungan yang tidak di inginkan. Mengingat saat ini banyak sekali hal negatif seperti banyaknya peredaran narkoba, pil PCC serta yang lainnya, Mari kita lindungi anak cucu kita mulai saat semoga ulasan ini bermanfaat untuk kita semua. Mari kita ingatkan anak cucu kita untuk belajar sejak dini. Lihat Lyfe Selengkapnya

Belajardi waktu kecil bagaikan mengukir diatas batu. Belajar di waktu dewasa bagaikan mengukir di atas air.😇 Diposting oleh Unknown di 01.17 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest. Sabtu, 05 November 2016.

Skip to content Home/Artikel/Belajar diwaktu kecil bagai mengukir diatas batu, belajar diwaktu besar bagai mengukir diatas air Belajar diwaktu kecil bagai mengukir diatas batu, belajar diwaktu besar bagai mengukir diatas air Mungkin kita sering kali mendengar ungkapan berikut ini. Belajar diwaktu kecil bagai mengukir diatas batu, belajar diwaktu besar bagai mengukir diatas air. Ya semakin dini anak belajar, apalagi di usia golden age akan membentuk dan menanamkan karakter dan menentukan masa depannya Kok bisa ? Sekitar 80 persen otak anak berkembang pada usia 0-6 tahun, atau dikenal sebagai masa emas tumbuh kembang anak. Pada masa ini, menurut Psikolog Anak Desni Yuniarni, informasi seperti apapun akan diserap anak tanpa melihat baik atau buruknya. Informasi ini nantinya akan menjadi fondasi pembetukan karakter, kepribadian, dan kemampuan kognitif mereka. Lebih jauh, penelitian seorang ahli perkembangan dan perilaku anak asal AS, Berry Brazelton, menununjukkan bahwa tahun pertama adalah masa krusial kehidupan anak. Masa ini, ujarnya, menentukan apakah ketika beranjak dewasa ia mampu menghadapi tantangan, memiliki semangat belajar tinggi, dan berhasil dalam pekerjaan. Perlu diingat, keberhasilan karir seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh nilai rapor sekolah saja. Namun, hal ini juga ditentukan dari kemampuan soft skill, yaitu kemampuan berkomunikasi, kerja sama, menyelesaikan masalah, toleransi, dan sejenisnya yang dikembangkan dan ditanam sejak dini. Di alif anak tidak hanya diajarkan mengaji, tapi juga mengembangkan kompetensi motorik anak dengan membuat crafting lucu, mengembangkan daya khayal anak dan penanaman kompetensi afektif islami dengan story telling dan juga melakukan praktek ibadah guna merefleksikan pengetahuan kognitifnya. Sumber Kompasiana dengan beberapa perubahan Editor Dinda Related Posts Add to Collection No Collections Here you'll find all collections you've created before.
Rumusantentang mengembangkan manusia seutuhnya bermakna orientasi pendidikan harus mencakup dua aspek yakni intelektual dan spiritual. Langkah awal yang harus dilakukan oleh setiap insan adalah meletakkan dasar agama yang kuat pada anak, Seperti kata pepatah yang mengatakan "Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa bagaikan mengukir diatas air".
3t96zM.
  • plu3qkwh83.pages.dev/110
  • plu3qkwh83.pages.dev/750
  • plu3qkwh83.pages.dev/193
  • plu3qkwh83.pages.dev/767
  • plu3qkwh83.pages.dev/736
  • plu3qkwh83.pages.dev/241
  • plu3qkwh83.pages.dev/342
  • plu3qkwh83.pages.dev/921
  • plu3qkwh83.pages.dev/423
  • plu3qkwh83.pages.dev/636
  • plu3qkwh83.pages.dev/468
  • plu3qkwh83.pages.dev/380
  • plu3qkwh83.pages.dev/415
  • plu3qkwh83.pages.dev/589
  • plu3qkwh83.pages.dev/822
  • belajar diwaktu kecil bagaikan mengukir diatas