PertanyaanAliran pada novel angkatan 30-an, yaitu....RealismePosmodernismeRomantisismeRomantik idealisHHH. HartantoMaster TeacherMahasiswa/Alumni UIN Syarif Hidayatullah JakartaJawabanjawaban yang tepat adalah pilihan yang tepat adalah pilihan novel angkatan 30-an, yaitu romantik idealis. Sementara itu, aliran romantisisme merupakan aliran novel angkatan 20-an. Sementara itu, aliran realisme dan posmodernisme tidak terdapat pada novel angkatan 30-an. Oleh karena itu, jawaban yang tepat adalah pilihan novel angkatan 30-an, yaitu romantik idealis. Sementara itu, aliran romantisisme merupakan aliran novel angkatan 20-an. Sementara itu, aliran realisme dan posmodernisme tidak terdapat pada novel angkatan 30-an. Oleh karena itu, jawaban yang tepat adalah pilihan pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!21
MenerangkanSifat Sifat Tokoh Dari Kutipan Novel "Salah April 18th, 2019 - Setelah mendengarkan pembacaan kutipan novel di atas kalian dapat angkatan 45 pujangga baru balai pustaka dan lain lain Yang mau baca silahkan download April 20th, 2019 - Salah Asuhan adalah sebuah film Indonesia dirilis tahun 1972 yang Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Masih ingat kisah Siti Nurbaya ?itulah salah satu novel populer dizaman penerbit balai pustaka. Dulu, kebanyakan novel-novel masih memiliki tema yang sama dan cerita yang sebenarnya mirip. Karena masih baru, buku-buku pun tidak beragam dari jumlah maupun judulnya. Mungkin, itu karena cerita itulah yang menjadi bacaan menarik dan bagus dikalangan masyarakat yang minim minat baca, apalagi Novel yang cuma berisi tulisan kecil-kecil. Beberapa tahun kemudian, muncullah angkatan 45 yang lebih banyak menceritakan perjuangan saat kemerdekaan, karena tercipta dari keadaan nyata Indonesia. Saat itu, lahirlah penulis baru dan cerita angkatan 20-30 an mulai sirna. Lalu, pada masa sekitar 90'an yang mulai menceritakan kehidupan remaja, contohnya Lupus. Ada yang baru dalam penulisan novel di era 90'an yang mulai memperkenalkan gaya bahasa yang lebih luwes dan gaul. Meski banyak cerita remaja, namun penulis remaja masih sedikit. Nah, kini di era 2000-an masih didominasi oleh novel remaja yang kental nuansa romansa dan masa-masa sekolah menengah, banyak ide cerita segar yang digelontorkan penulis yang rata-rata masih remaja atau remaja dewasa itu, walaupun zaman sekarang ini, para penulis fiksi harus membuat karya yang benar-benar orisinil dan Tema yang lebih luas dari sekedar percintaan, agar bisa bersaing. Bagaimana perkembangan buku di masa depan ? Apakah semakin bagus atau buku sudah tergantikan gadget. Lihat Catatan SelengkapnyaHasil Identifikasi Novel Angkatan 20-30 Ciri lainnya bahwa novel tahun 1920-1930an banyak yang menggunakan bahasa percakapan sehari-hari. Hal ini berbeda dengan karya-karya pada periode sebelumnya yang bahasanya itu lebih kaku. Perhatikan kutipan seperti berikut. Hanafi menyesali dirinya tidak berhingga-hingga. Maka ditutupnyalah mukanya dengan kedua belah tangannya. Lalu menangis mengisak-isak sambil berseru dalam hatinya âOh, Corrie, Corrie istriku! Di manakah engkau sekarang? Lihatlah suamimu menyadari untung, lekaslah kembali, supaya kita menyambung hidup kemabli seperti duluâ Salah Asuhan, Abdul Muis, 1928 Bahasa percakapan sehari-hari dalam cuplikan di atas, antara lain tampak pada perkataan tokoh Hanafi. Kata-kata tersebut merupakan ragam bahasa percakapan. Hal ini terutama pada kata seru oh yang sampai sekarang pun kita sering menggunakannya ketika bercakap-cakap Maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri novel angkatan 20-30an adalah sebagai berikut Tema permasalahan adat, romantisme, kawin paksa Pengarang berlatar belakang Minangkabau Bahasa bersifat klise, percakapan sehari-hari Hasil Identifikasi Novel angkatan 20-30an 1. Novel pada angkatan 20an a. Menggunakan bahasa Indonesia yang masih terpengaruh Melayu b. Persoalan yang diangkat persoalan adat kedaerahan dan kawin paksa c. Dipengaruhi kehidupan tradisi sastra daerah/local d. Cerita yang diangkat seputar romantisme e. Soal kebangsaan belum mengemuka, masih bersifat kedaerahan f. Gaya bahasa masih menggunakan perumpunan yang klise, pepatah, pribahasa g. Alirannya bercorak romantic h. Masih adanya adat-adat Melayu 2. Novel pada angkatan 30an a. Sudah menggunakan bahasa Indonesia b. Menceritakan kehidupan masyarakat kota, persoalan intelektual, emansipasi struktur cerita/konflik sudah berkembang c. Pengaruh budaya barat mulai masuk dan berupaya melahirkan budaya Nasional d. Menonjolkan nasionalisme, romantisme, individualism, dan materialisme AZAB DAN SENGSARA MERARI SIREGAR Di kota Siporok, hidup seorang bangsawan kaya raya yg memiliki seorang anak laki-laki dan seorang perempuan yg perempuan tdk dijelaskan lbh lanjut oleh pengarangnya. Anaknya yg laki2 bernama Sutan Baringin. Dia sangat dimanja oleh ibunya. Segala kehendaknya selalu dituruti dan segala kesalahannya pun selalu dibela ibunya. Akibatnya, setelah dewasa, Baringin tumbuh menjadi seorang pemuda yg angkuh, berperangai jelek, serta suka berfoya-foya. Oleh kedua orangtuanya, Sutan Baringin dinikahkan dengan Nuria, seorang perempuan baik-baik pilihan ibunya. Walaupun telah berkeluarga, Sutan Baringin masih tetap suka berfoya-foya menghabiskan harta benda kedua orangtuanya. Dia berjudi dg Marah Said, seorang prokol bambu sahabat karibnya. Sewaktu ayahnya meninggal, sifat Sutan Baringin semakin menjadi, maskin suka berfoya-foya menghabiskan harta warisan orangtuanya. Akhirnya, dia bangkrut dan utangnya sangat banyak. Dari perkawinannya dengan Nuria, Sutan Baringin mempunyai dua orang anak. Yang satu perempuan bernama Mariamin, sedangkan yg satunya lagi laki-laki yg laki2 tidak diceritakan pengarang. Akibat tingkah laku ayahnya, Mariamin selalu dihina oleh warga kampungnya akibat kemiskinan orangtuanya. Cinta kasih perempuan yg berbudi luhur ini dengan pemuda bernama Aminuddin terhalang oleh dinding kemiskinan orangtuanya. Aminuddin adalah anak Bagianda Diatas, yaitu seorang bangsawan kaya-raya yg sangat disegani di daerah Siporok. Sebenarnya Baginda Diatas masih mempunyai hubungan sepupu dengan Sutan Baringin, ayah Mariamin. Ayah Baginda keduanya adalah kakak beradik. Sejak kecil, Aminuddin bersahabat dg Mariamin. Setelah keduanya beranjak dewasa, mereka saling jatuh hati. Aminuddin sangat mencintai Mariamin. Dia berjanji untuk melamar Mariamin bila dia telah mendapatkan pekerjaan. Keadaan Mariamin yg miskin tidak menjadi masalah bagi Aminuddin. Aminuddin memberitahukan niatnya utk menikahi Mariamin kepada kedua orangtuanya. Ibunya tidak merasa keberatan dengan niat tersebut. Dia benar2 mengenal pula keluarganya. Keluarga Mariamin masih keluarga mereka juga sebab ayah Baginda Diatas, suami ibu Aminuddin, dengan Sutan Baringin, ayah Mariamin, adalah kakak beradik. Selain itu, dia juga merasa iba terhadap keluarga Mariamin yg miskin. Bila menikah dg anaknya, dia mengharapkan agar keadaan ekonomi Mariamin bisa terangkat lagi. Ayah Aminuddin, Baginda Diatas, tidak setuju dg niat anaknya menikahi Mariamin. Jika pernikahan itu terjadi, dia merasa malu sebab dia merupakan keluarga terpandang dan kaya-raya, sedangkan keluarga Mariamin hanya keluarga miskin. Namun, ketidaksetujuannya tsb tidak diperlihatkan kepada istri dan anaknya. Dengan cara halus, Baginda Diatas berusaha menggagalkan pernikahan anaknya. Salah satu usahanya adalah mengajak istrinya menemui seorang peramal. Sebelumnya dia telah menitipkan pesan kepada peramal agar memberikan jawaban yg merugikan pihak Mariamin. Jelasnya, sang peramal memberikan jawaban bahwa Aminuddin tidak akan beruntung jika menikah dg Mariamin. Setelah mendengar jawaban dr peramal tersebut, ibu Aminuddin tdk bs berbuat banyak. Dg terpaksa, dia menuruti kehendak suaminya utk menvarikan jodoh yg sesuai utk Aminuddin. Mereka langsung melamar seorang perempuan dari keluarga berada. Oleh karena Aminuddin sedang berada di Medan, mencari pekerjaan, Baginda Diatas mengirim telegram yg isinya meminta Aminuddin menjemput calon istri dan keluarganya di stasiun kereta api Medan. Menerima telegram tsb, Aminuddin mersasa sangat gembira. Dlm hatinya telah terbayang wajah Mariamin. Ia mengira bahwa calon istri yg akan dia jemput adalah Mariamin. Namun setelah mengetahui bahwa calon istrinya itu bukanlah Mariamin, hatinya menjadi hancur. Tapi sebagai anak yg berbakti terhadap orangtuanya, dengan terpaksa ia menikahi perempuan pilihan orangtuanya itu. Aminuddin segera memberitahukan kenyataan itu kepada Mariamin. Mendengar berita itu, Mariamin sangat sedih dan menderita. Dia langsung pingsan tak sadarkan diri. Tak lama kemudian, dia pun jatuh sakit. Stahun setelah kejadian itu, Mariamindan ibunya terpaksa menerima lamaran Kasibun, seorang kerani di Medan. Pada waktu itu, Kasibun mengaku belum mempunyai istri. Mariamin pun akhirnya diboyong ke Medan. Sesampainya di Medan, terbuktilah siapa sebenarnya Kasibun. Dia hanyalah seorang lelaki hidung belang. Sebelum menikah dg Mariamin, dia telah mempunyai istri, yg dia ceraikan karena hendak menikah dg Mariamin. Hati Mariamin sangat terpukul mengetahui kenyataan itu. Namun, sebagai istri yg taat beragama, walaupun dia membenci dan tidak mencintai suaminya, dia tetap berbakti kepada suaminya. Perlakuan kasar Kasibun terhadap Mariamin semakin menjadi setelah Aminuddin mengunjungi rumah mereka. Dia sangat cemburu pada Aminuddin. Menurutnya, penyambutan istrinya terhadap Aminuddin sangat di luar batas. Padahal, Mariamin menyambut Aminuddin dg cara yg wajar. Namun, karena cemburunya yg sangat berlebihan, Kasibun menganggap Mariamin telah memperlakukan Aminuddin secara berlebih-lebihan. Akibatnya, dia terus-menerus menyiksa Mariamin. Mencintai kok menyiksa, ya? Perlakuan Kasibun yg kasar kepadanya, membuat Mariamin hilang kesabaran. Dia tidak tahan lagi hidup menderita serta disiksa setiap hari. Akhirnya, dia melaporkan perbuatan suaminya kepada kepolisian Medan. Dia langsung meminta cerai. Permintaan cerainya dikabulkan oleh pengadilan agama di Padang. Setelah resmi bercerai dg Kasibun, dia kembali ke kampung halamnannya dengan penuh kehancuran. Hancurlah jiwa dan raganya. Kesengsaraan dan penderitaan secara batin maupun fisiknya terus mendera dirinya dari kecil hingga dia meninggal dunia. Sungguh tragis nasibnya. AZAB DAN SENGSARA Merari Siregar Etika 1. Suami kadang menyiksa istri Bukti kutipan âAkibatnya, dia terus-menerus menyiksa Mariamin. Mencintai kok menyiksa, ya? 2. Anak patuh terhadap orangtuanya, walaupun keinginan orangtuanya tidak sesuai dengan keinginannya. Bukti kutipan âTapi sebagai anak yg berbakti terhadap orangtuanya, dengan terpaksa ia menikahi perempuan pilihan orangtuanya itu. Aminuddin segera memberitahukan kenyataan itu kepada Mariamin.â 3. Percintaan masih dipandang dari harta. Bukti kutipan âJika pernikahan itu terjadi, dia merasa malu sebab dia merupakan keluarga terpandang dan kaya-raya, sedangkan keluarga Mariamin hanya keluarga miskin.â Adat 1. Masih percaya pada takhayul atau animisme dan dinamisme. Bukti kutipan âDengan cara halus, Baginda Diatas berusaha menggagalkan pernikahan anaknya. Salah satu usahanya adalah mengajak istrinya menemui seorang peramal. Sebelumnya dia telah menitipkan pesan kepada peramal agar memberikan jawaban yg merugikan pihak Mariamin.â 2. Pernikahan masih menggunakan sistem perjodohan. Bukti kutipan âDengan terpaksa, dia menuruti kehendak suaminya utk menvarikan jodoh yg sesuai utk Aminuddin. Mereka langsung melamar seorang perempuan dari keluarga berada.â Kebiasaan 1. Telekomunkasi jarak jauh masih menggunakan surat atau telegram. Bukti kutipan âMenerima telegram tsb, Aminuddin mersasa sangat gembira. Dlm hatinya telah terbayang wajah Mariamin.â 2. Anak laki-laki biasanya pergi merantau untuk mencari pekerjaan. Bukti kutipan âOleh karena Aminuddin sedang berada di Medan.â 3. Pernikahan dipandang dari bibit, bebet, dan bobot. Bukti kutipan âJika pernikahan itu terjadi, dia merasa malu sebab dia merupakan keluarga terpandang dan kaya-raya, sedangkan keluarga Mariamin hanya keluarga miskin.â SENGSARA MEMBAWA NIKMAT TULIS SUTAN SATI Seorang pemuda bernama Kacak, karena merasa Mamaknya adalah seorang Kepala Desa yang dikuti, selalu bertingkah angkuh dan sombong. Dia suka ingin menang sendiri. Kacak paling tidak senang melihat orang bahagia atau yang melebihi dirinya. Kacak kurang disukai orang-orang kampungnya karena sifatnya yang demikian. Beda dengan Midun, walaupun anak orang miskin, namun sangat disukai oleh orang-orang kampungnya. Sebab Midun mempunyai perangai yang baik, sopan, taat agama, ramah serta pintar silat. Midun tidak sombong seperti Kacak. Karena Midun banyak disukai orang, maka Kacak begitu iri dan dengki pada Midun. Kacak sangat benci pada Midun. Sering dia mencari kesempatan untuk bisa mencelakakan Midun, namun tidak pernah berhasil. Dia sering mencari gara-gara agar Midun marah padanya, namun Midun tak pernah mau menanggapinya. Midun selalu menghindar ketika diajak Kacak untuk berkelahi. Midun bukan takut kalah dalam berkelahi dengan Kacak, karena dia tidak senang berkelahi saja. Ilmu silat yang dia miliki dari hasil belajarnya pada Haji Abbas bukan untuk dipergunakan berkelahi dan mencari musuh tapi untuk membela diri dan mencari teman. Suatu hari istri Kacak terjatuh dalam sungai. Dia hampir lenyap dibawa arus. Untung waktu itu Midun sedang berada dekat tempat kejadian itu. Midun dengan sigap menolong istri Kacak itu. Istri Kacak selamat berkat pertolongan Midun. Kacak malah balik menuduh Midun bahwa Midun hendak memperkosa istrinya. Air susu dibalas dengan air tuba. Begitulah Kacak berterima kasih pada Midun. Waktu itu Midun menanggapi tantangan itu. Dalam perkelahian itu Midun yang menang. Karena kalah, Kacak menjadi semakin marah pada Midun. Kacak melaporkan semuanya pada Tuanku Laras. Kacak memfitnah Midun waktu itu, rupanya Tuanku Laras percaya dengan tuduhan Kacak itu. Midun mendapat hukuman dari Tuanku Laras. Midun diganjar hukuman oleh Tuanku Laras, yaitu harus bekerja di rumah Tuanku Laras tanpa mendapat gaji. Sedangkan orang yang ditugaskan oleh Tuanku Laras untuk mengwasi Midun selama menjalani hukuman itu adalah Kacak. Mendapat tugas itu, Kacak demikian bahagia. Kacak memanfaatkan untuk menyiksa Midun. Hampir tiap hari Midun diperlakukan secara kasar. Pukulan dan tendangan Kacak hampir tiap hari menghantam Midun. Juga segala macam kata-kata hinaan dari Kacak tiap hari mampir di telinga Midun. Namun semua perlakuan itu Midun terima dengan penuh kepasrahan. Walaupun Midun telah mendapat hukuman dari Mamaknya itu, namun Kacak rupanya belum puas juga. Dia belum puas sebab Midun masih dengan bebas berkeliaran di kampung utu. Dia tidak rela dan ikhlas kalau Midun masih berada di kampung itu. Kalau Midun masih berada di kampung mereka, itu berarti masih menjadi semacam penghalang utama bagi Kacak untuk bisa berbuat seenaknya di kampung itu. Untuk itulah dia hendak melenyapkan Midun dari kampung mereka untuk selama-lamanya. Untuk melaksanakan niatnya itu, Kacak membayar beberapa orang pembunuh bayaran untuk melenyapkan Midun. Usaha untuk melenyapkan Midun itu mereka laksanakan ketika di kampung itu diadakan suatu perlombaan kuda. Sewaktu Midun dan Maun sedang membeli makanan di warung kopi di pinggir gelanggang pacuan kuda itu, orang-orang sewaan Kacak itu menyerang Midun dengan sebelah Midun pisau. Tapi untung Midun berhasil mengelaknya. Namun perkelahian antar mereka tidak bisa dihindari. Maka terjadilah keributan di dalam acar pacuan kuda itu. Perkelahian itu berhenti ketika polisi datang. Midun dan Maun langsung ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Setelah diperiksa, Maun dibebaskan. Sedangkan Midun dinyatakan bersalah dan wajib mendekam dalam penjara. Mendengar kabar itu, waduuh betapa senangnya hati Kacak. Dengan Midun masuk penjara, maka dia bisa dengan bebas berbuat di kampung itu tanpa ada orang yang berani menjadi penghalangnya. Selama di penjara itu, Midun mengalami berbagai siksaan. Dia di siksa oleh Para sipir penjara ataupun oleh Para tahanan yang ada dalam penjara itu. Para tahanan itu baru tidak berani mengganggu Midun ketika Midun suatu hari berÂŹhasil mengalahkan si jago Para tahanan. Karena yang paling dianggap jago oleh Para tahanan itu kalah, mereka kemudian pada takut dengan Midun. Midun sejak itu sangat dihormati oleh para tahanan lainnya. Midun menjadi sahabat mereka. Suatu hari, ketika Midun sedang bertugas menyapu jalan, Midun Melihat seorang wanita cantik sedang duduk duduk melamun di bawah pohon kenari. Ketika gadis itu pergi, ternyata kalung yang dikenakan gadis itu tertinggal di bawah pohon itu. Kalung itu kemudian dikembalikan oleh Midun ke rumah si gadis. Betapa senang hati gadis itu. Gadis itu sampai jatuh hati sama Midun. Midun juga temyata jatuh hati juga sama si gadis. Nama gadis itu adalah Halimah. Setelah pertemuan itu, mereka berdua saling bertemu dekat jalan dulu itu. Mereka saling cerita pengalaman hidup, Halimah bercerita bahwa dia tinggal dengan seorang ayah tiri. Dia merasa tidak bebas tinggal dengan ayah tirinya. Dia hendak pergi dari rumah. Dia sangat mengharapkan suatu saat dia bisa tinggal dengan ayahnya yang waktu itu tinggal di Bogor. Keluar dari penjara, Midun membawa lari Halimah dari rumah ayah tirinya itu. Usaha Midun itu dibantu oleh Pak Karto seorang sipir penjara yang baik hati. Midun membawa Halimah ke Bogor ke rumah orang tua Halimah. Ayah Halimah orangnya baik. Dia sangat senang kalau Midun bersedia tinggal bersama mereka. Kurang lebih dua bulan Midun bersama ayah Halimah. Midun merasa tidak enak selama tinggal dengan keluarga Halimah itu hanya tinggal makan minum saja. Dia mulai hendak mencari penghasilan. Dia kemudian pergi ke Jakarta mencari kerja. Dalam Perjalanan ke Jakarta. Midun berkenalan dengan saudagar kaya keturunan arab. Nama saudagar ini sebenarnya seorang rentenir. Dengan tanpa pikiran yang jelek-jelek, Midun mau menerima uang pinjaman Syehk itu. Sesuai dengan saran Syehk itu, Midun membuka usaha dagang di Jakarta. Usaha Midun makin lama makin besar. Usahanya maju pesat. Melihat kemajuan usaha dagang yang dijalani Midun, rupanya membuat Syehk Abdullah Al-Hadramut iri hati. Dia menagih hutangnya Midun dengan jumlah yang jauh sekali dari jumlah pinjaman Midun. Tentu saja Midun tidak bersedia membayarnya dengan jumlah yang berlipat lipat itu. Setelah gagal mendesak Midun dengan cara demikian, rupanya Syehk menagih dengan cara lain. Dia bersedia uangnya tidak diÂŹbayar atau dianggap lunas, asal Midun bersedia menyerahkan Halimah untuk dia jadikan sebagai istrinya. Jelas tawaran itu membuat Midun marah besar pada Syehk . Halimah juga sangat marah pada Syehk. Karena gagal lagi akhirnya Syehk mengajukan Midun ke meja hijau. Midun diadili dengan tuntutan hutang. Dalam persidangan itu Midun dinyatakan bersalah oleh pihak pengadilan. Midun masuk penjara lagi. Di hari Midun bebas itu, Midun jalan jalan dulu ke Pasar Baru. Sampai di pasar itu, tiba tiba Midun melihat suatu keributan. Ada seorang pribumi sedang mengamuk menyerang seorang Sinyo Belanda. Tanpa pikir panjang Midun yang suka menolong_orang itu, langsung menyelamatkan Si Sinyo Sinyo Belanda itu sangat berterima kasih pada Midun yang telah menyelamatkan nyawanya itu. Oleh Sinyo Belanda itu, Midun kemudian diperkenalkan kepada orang tua Sinyo itu. Orang tua Sinyo Belanda itu ternyata seorang Kepala Komisaris, yang dikenal sebagai Tuan Hoofdcommissaris. Sebagai ucapan terima kasihnya pada Midun yang telah menyelamatkan anaknya itu, Midun langsung diberinya pekerjaan. Pekerjaan Midun sebagai seorang juru Tulis. Setelah mendapat pekerjaan itu, Midun pun melamar Halimah. Dan mereka pun menikah di Bogor di rumah orang tua Halimah. Prestasi kerja Midun begitu baik di mata pimpinannya. Midun kemudian diangkat menjadi Kepala Mantri Polisi di Tanjung Priok. Dia langsung dituÂŹgaskan menumpas para penyeludup di Medan. Selama di Medan itu, Midun, bertemu dengan adiknya, yaitu Manjau. Manjau bercerita banyak tentang kampung halamannya. Midun begitu sedih rnendengar kabar keluarganya di kampung yang hidup menderita. Oleh karena itu ketika dia pulang ke Jakarta, Midun langsung minta ditugaskan di Kampung halamannya. Permintaan Midun itu dipenuhi oleh pimpinannya. Kepulangan Midun ke kampung halamannya itu membuat Kacak sangat gelisah. Kacak waktu itu sudah menjadi penghulu di kampung rnereka. Kacak menjadi gelisah sebab dia takut perbuatannya yang telah menggelapÂŹkan kas negara itu akan terbongkar. Dan dia yakin Midun akan berhasil rnembongkar perbuatan jeleknya itu. Tidak, lama kemudian, memang Kacak ditangkap. Dia terbukti telah menggelapkan uang kas negara yang ada di desa mereka. Akibatnya Kacak masuk penjara atas perbuatannva itu. Sedangkan Midun hidup berbahagia bersama istri dan seluruh keluargaÂŹnya di kampung. SENGSARA MEMBAWA NIKMAT Tulis Sutan Sati Kebiasaan 1. Masih zaman penjajahan Belanda Bukti kutipan âOrang tua Sinyo Belanda itu ternyata seorang Kepala Komisaris, yang dikenal sebagai Tuan Hoofdcommissaris.â 2. Hampir semua pemuda di daerah tersebut mengenal ilmu bela diri Bukti kutipan âIlmu silat yang dia miliki dari hasil belajarnya pada Haji Abbas bukan untuk dipergunakan berkelahi dan mencari musuh tapi untuk membela diri dan mencari teman.â Etika 1. Kehidupannya bergotong royong Bukti kutipan âMidun dengan sigap menolong istri Kacak itu. Istri Kacak selamat berkat pertolongan Midun.â 2. Yang berkuasa sering semena-mena, bahkan berbuat kejam Bukti kutipan âHampir tiap hari Midun diperlakukan secara kasar. Pukulan dan tendangan Kacak hampir tiap hari menghantam Midun. Juga segala macam kata-kata hinaan dari Kacak tiap hari mampir di telinga Midun. Namun semua perlakuan itu Midun terima dengan penuh kepasrahan.â Adat 1. Aturan adat sangat ketat, bagi yang melanggar akan menerima akibatnya Bukti kutipan âDia terbukti telah menggelapkan uang kas negara yang ada di desa mereka. Akibatnya Kacak masuk penjara atas perbuatannva itu.â 2. Pulang kampung untuk menjenguk keluarga Bukti kutipan âMidun begitu sedih rnendengar kabar keluarganya di kampung yang hidup menderita. Oleh karena itu ketika dia pulang ke Jakarta, Midun langsung minta ditugaskan di Kampung halamannya.â SITI NURBAYA Marah Roesli Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milikBaginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dantak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatanyang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah takberdaya agar melunasi semua hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas,asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada kenyataan seperti itu Baginda Sulaiman yang memang sudah tak sanggup lagimembayar hutang-hutangnya tidak menemukan pilihan lain selain yang ditawarkan olehDatuk Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda beliaharus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua bangka dan berkulit kasar seprti kulitkatak. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah distovia, Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaanayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebihkarena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang suatu hari ketika Samsulbahri dalam liburan kembali ke Padang, ia dapat bertemuempat mata dengan Siti Nurbaya yang telah resmi menjadi istri Datuk Maringgih. Pertemuanitu diketahui oleh Datuk Maringgih sehingga terjadi keributan. Teriakan Siti Nurbayaterdengar oleh ayahnya yang tengah terbaring karena sakit keras. Baginda Sulaimanberusaha bangkit, tetapi akhirnya jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas itu, ayah Samsulbahri yaitu Sultan Mahmud yang kebetulan menjadipenghulu kota Padang, malu atas perbuatan anaknya. Sehingga Samsulbahri harus kembalike Jakarta dan ia benrjanji untuk tidak kembali lagi kepada keluargannya di Padang. DatukMaringgih juga tidak tinggal diam, karena Siti Nurbaya Nurbaya yang mendengar bahwa kekasihnya diusir orang tuanya, timbul niatnyauntuk pergi menyusul Samsulbahri ke Jakarta. Tetapi niatnya itu diketahui oleh kaki tanganDatuk Maringih. Karena itu dengan siasat dan fitnahnya, Datuk Maringgih dengan bantuankaki tangannya dapat memaksa Siti Nurbaya kembali dengan perantaraan polisi. Tak lama kemudian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang beracunyang sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih. Kematian Siti Nurbaya ituterdengar oleh Samsulbahri sehingga ia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuhdiri. Akan tetapi mujurlah karena ia tak meninggal. Sejak saat itu Samsulbahri tidakmeneruskan sekolahnya dan memasuki dinas tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dantindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telahberpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubahnamanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan DatukMaringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepalaSamsulbahri dengan alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saatterakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahandanya. Tetapi ajallebih dulu merenggut sebelum Samsulbahri sempat bertemu dengan orangtuanya. SITI NURBAYA Marah Rusli Kebiasaan 1. Ia terbiasa memakai topi putih yang seringkali dipakai bangsa Belanda. Bukti kutipan "Topinya topi rumput putih yang biasa dipakai bangsa belanda" 2. Seorang gadis yang selalu mengenakan gaun terbuat dari kain batis dengan motif kembang-kembang berwarna merah jambu. Bukti kutipan "Gaunnya baju nona-nona terbuat dari kain batis yang berkembang merah jambu" 3. Orang zaman dahulu merokok dengan cara yang berbeda dengan orang-orang zaman sekarang. Bukti kutipan "Dekat putri ini duduk saudaranya yang bungsu, Sutan Hamzah sedang menggulung rokok dengan daun nipah." 4. Orang padang saat berbicara seringkali menggunakan peribahasa yang penuh arti. Bukti kutipan "Akan tetapi sebab ia seorang yang 'pandai hidup' sebagai kata peribahasa Melayu, selalulah rupanya seperti orang yang tak pernah kekuranaganâ 5. Seorang istri di masyarakat padang merupakan hamba dari laki-laki dan laki-laki itu adalah tuannya perempuan. Bukti kutipan "Bukankah laki-laki itu tuan perempuan dan perempuan itu hamba laki-laki? Tentu saja mereka boleh berbuat sekehendak hatinya kepada kita; disiksa, dipukul, dan didera dengan tiada diberi belanja yang cukup dan rumah tangga yang baik." Adat 1. Jika akan melaksanakan proses perdukunan, hendaklah harus menyiapkan syarat-syaratnya. Bukti kutipan "Baiklah... Hamba mohon perasapan dan kemenyan serta air bersih secambung dan sirih kuning tujuh lembar." 2. Di Padang, pernikahan dipandang sebagai perniagaan, laki-laki dibeli oleh perempuan, karna perempuan memberi uang kepada laki-laki. Bukti kutipan "Perkawinan itu dipandang sebagai perniagaan, disini laki-laki dibeli oleh perempuan" 3. Di gunung Padang terdapat banyak kuburan, dan pada moment tertentu, tempat itu ramai dikunjungi pendatang yang ingin mendoakan arwah yang telah pergi. Bukti kutipan " Memang digunung itu banyak kuburan, sedang dipuncaknya adalah sebuah makam, didalam suatu gua batu, tempat yang berkaul dan bernazar. Sekali setahun, saat-saat akan masuk puasa pada waktu hari raya, penuhlah gunung itu dengan penziarah..." 4. Orang besar, penhulu/orang berpangkat tinggi yang memiliki istri lebih dari 1 sudah banyak, sebab itulah adat di Padang, sebab dengan memiliki banyak istri, itu berarti dia meiliki banyak keturunan. Bukti kutipan "Sekalian penghulu di Padang ini beristeri 2,3, sampai 4 orang. Bukankah harus orang besar itu beristri banyak?" 5. Saat ingin makan, sebelumnya harus menyiapkan makan terlebih dahulu dan bersikap seperti ada yang sudah ada. Bukti kutipan ".... menyediakan makanan diatas tikar rumput yang telah dialas dengan kain putih, terbentang di tengah rumah. Beberapa lama kemudian, duduklah Ahmad Maulana makan dihadapi istrinya, sedang Alimah & Nurbaya duduk jauh sedikit dari sana...." Etika 1. Janganlah kamu bersenang-senang diatas penderitaan orang lain. Bukti kutipan "Tatkala ayahku telah jatuh miskin, pura-pura kau tolong Ia dengan meminjamkan uang kepadanya, tetapi maksudmu yang sebenarnya hendak menjerumuskannya ke jurang yang terlebih dalam, karena hatimu terlebih bengis daripada setan itu, belum puas lagi." 2. Apabila ada tamu yang datang hendaknya kita menyediakan minuman dan makanan kecil. Bukti kutipan "Sementara itu segala kue-kue yang lezat rasanya, diedarkanlah, dibawa kepada sekalian tamu. Demikian pula minum-minuman..." 3. Sebagai anak muda, hendaklah kita menghormati dan menghargai orang yang lebih tua. Bukti kutipan "Ah jangan Sam. Kasihanilah orang tua itu! Karena ia bukan baru sehari dua hari bekerja pada ayahmu. melainkan telah bertahun-tahun. Dan belum ada ia berbuat kesalahan apa-apa." 4. Jika sedang bermain dengan teman, sebaiknya kita menjaga tingkah laku. Bukti kutipan "Baiklah, tetapi hati-hati engkau menjaga dirimu dan si Nurbaya! Janganlah engkau berlaku yang tiada senonoh!" 5. Jika orang tua kita sedang berbincang dengan tamu, dan kita tidak berkepentingan, sebaiknya kita masuk dan tidak perlu mendengarkan pembicaraan mereka. Bukti kutipan "Kemudian masuklah ia kedalam biliknya. Rupanya ia mengerti bahwa orangtuanya itu sedang memperbnincangkan hal yang tak boleh didengarnya."
April12th, 2019 - Analisis Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel Salah Asuhan Abdoel Moeis 1 Latar Belakang Pemilihan Novel Salah Asuhan merupakan novel hasil karya Abdoel Moeis yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1928 dan termasuk ke dalam novel angkatan Balai Pustaka atau novel angkatan 20 30 an Di dalam